PB ISMI Gelar RAKERNAS di Riau: Momentum Kebangkitan Melayu Menjadi Peneguh Semangat Kebangsaan
Pekanbaru, Riau — Acara Pengukuhan dan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Pengurus Besar Ikatan Sarjana Melayu Indonesia (PB ISMI) sukses digelar di Aula Gubernur Riau, sebuah momentum penting yang menandai bangkitnya semangat dan peran strategis masyarakat Melayu dalam perjalanan bangsa Indonesia.
RAKERNAS ini bukan sekadar ajang formalitas organisasi, tetapi menjadi tonggak sejarah baru bahwa **Melayu tidak lagi berada di pinggiran**, dan kini mulai mengambil tempat sebagai pilar kebangsaan yang kokoh, bermartabat, dan penuh kontribusi.
Selama ini, kebijakan negara seringkali disusun tanpa mempertimbangkan nilai-nilai kearifan lokal dan akar budaya yang menjadi fondasi berdirinya NKRI. Masyarakat Melayu — sebagai salah satu suku bangsa tertua dan paling berpengaruh dalam sejarah Nusantara — selama bertahun-tahun hanya menjadi penonton di tengah dinamika kenegaraan. Namun melalui forum RAKERNAS ini, **PB ISMI menegaskan bahwa era tersebut telah berlalu.
Dengan mengusung **motto perjuangan:
"Bangkitkan Kejayaan Melayu dan Kokohkan Semangat Kebangsaan Indonesia Tangguh dan Berdaulat",
PB ISMI hadir sebagai kekuatan moral, intelektual, dan kebangsaan untuk mengangkat kembali nilai-nilai luhur Melayu yang selama ini tergerus oleh modernitas yang tak berakar.
Ketua Umum PB ISMI dalam sambutannya menyampaikan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati budayanya sendiri. Dalam konteks ini, adat Melayu bukan sekadar warisan budaya, tetapi juga sistem nilai dan etika yang mampu menjadi rujukan dalam membangun tatanan masyarakat dan negara yang berkeadaban.
Melayu hidup dalam nafas falsafah yang teguh:
"Janji tiada pernah engkar, dan setia tiada pernah betukar."
Falsafah ini bukan hanya pepatah, tetapi menjadi cermin dari integritas dan loyalitas tinggi masyarakat Melayu terhadap negara dan bangsa. Sebuah nilai yang sangat relevan dalam menghadapi tantangan kebangsaan saat ini — mulai dari krisis identitas, degradasi moral, hingga disorientasi arah pembangunan.
Dalam konteks tersebut, PB ISMI berkomitmen memperjuangkan agar kebijakan publik di tingkat pusat dan daerah lebih berpihak pada penguatan budaya, pendidikan, ekonomi kerakyatan, serta pelestarian nilai-nilai luhur lokal.
Meneguhkan hal ini, Sekretaris Jenderal OPTIMIS SUMUT, Dato' Abdul Hafiz, S.Ag., MA, yang juga menyandang gelar adat Dato’ Teungku Beuntara Seutia, menyatakan optimisme terhadap peran strategis Sumatera Utara dalam gerakan kebangkitan Melayu.
“Sumatera Utara memiliki warisan budaya dan sejarah Melayu yang luar biasa. Kami optimis Sumut akan menjadi lokomotif kebangkitan Melayu di kawasan barat Indonesia. Dari sini kita satukan semangat adat dengan semangat kebangsaan,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa adat bukan sesuatu yang kaku, melainkan dapat menjadi dasar etika dan filosofi dalam kehidupan modern — mulai dari tata kelola pemerintahan, pendidikan karakter, hingga penguatan identitas nasional.
Mengutip peribahasa Melayu yang mendalam:
"Mati anak ada pusaranya, mati adat ke mana hendak dicari."
Adat menjadi ruh peradaban. Jika adat hilang, maka bangsa akan kehilangan arah, identitas, dan nilai-nilai luhur yang selama ini menjadi perekat sosial.
RAKERNAS PB ISMI ini dihadiri oleh tokoh-tokoh Melayu dari berbagai provinsi di Indonesia, akademisi, budayawan, tokoh adat, serta perwakilan pemerintah daerah. Diharapkan, hasil dari RAKERNAS ini akan menjadi pijakan kuat dalam menyusun langkah-langkah strategis ke depan, baik dalam bidang kebudayaan, pendidikan, politik kebangsaan, maupun pembangunan berbasis masyarakat adat.
(TIM)